IDENTIFIKASI TURUNAN KARBOHIDRAT PADA BUAH APEL, PISANG, MELON, SAWO, PEPAYA DAN JERUK
IDENTIFIKASI TURUNAN KARBOHIDRAT
PADA BUAH APEL, PISANG, MELON, SAWO, PEPAYA
DAN JERUK
Ciah Nursamsyah- NIM 1162060023
Program Studi Pendidikan Biologi
ABSTRAK
Karbohidrat adalah senyawa organik yang
terbentuk dari 3 unsur yaitu Karbon (C), Oksigen (O) dan Hidrogen (H).
Unsur-unsur membentuk karbohidrat dengan rumus tertentu tergantung pada jenis
karbohidratnya. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan
karakteristik bahan pangan seperti pada buah-buahan. Percobaan ini dilakukan
dengan tujuan agar dapat melakukan uji keberadaan karbohidrat secara kualitatif
pada buah, mengetahui jenis turunan karbohidrat yang terdapat dalam beberapa
sampel buah yakni pada apel, pisang, melon, sawo, pepaya dan jeruk. Metode yang
dilakukan dalam percobaan ini adalah eksperimen langsung yang dilaksanakan pada
tanggal 25 September 2018 di LAB UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Percobaan ini
dilakukan dengan menggunakan metode uji Molish, Iodin, Benedict, Barfoed dan
uji Seliwanoff. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa buah jeruk merupakan
karbohidrat jenis disakarida yaitu maltosa. Adapun buah pisang, melon, pepaya
dan apel memiliki kandungan yang cukup sama yakni turunan dari karbohidrat berupa
monosakarida dengan mengandung salah satu atau beberapa glukosa, galaktosa dan
mannose. Adapun kandungan karbohidrat pada sawo adalah jenis fruktosa
confirmed. Diharapkan dengan adanya percobaan ini dapat memahami jenis kandungan
karbohidrat pada sampel buah yang digunakan.
Kata kunci: Barfoed, Benedict, fruktosa
confirmed, Iodin, Karbohidrat, Karbohidrat confirmed, Molish, Seliwanoff.
PENDAHULUAN
Istilah
karbohidrat pada awalnya digunakan untuk golongan senyawa yang mengandung C, H
dan O yang dianalisis mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu
senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekular.
Senyawa-senyawa ini memiliki sifat sebagai zat pereduksi karena megandung gugus
karbonil seperti aldehida atau keton dan memiliki gugus hidroksil dalam jumlah
sangat banyak. Saat ini istilah karbohidrat mengacu pada polihidroksil aldehida
atau polihidroksil-keton atau senyawa-senyawa yang diturunkan dari gugus ini
(Kuchel, 2006: 1).
Berdasarkan
hidrolisisnya, karbohidrat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
a. Monosakarida, merupakan karbohidrat yang tidak
dapat terhidrolisis lagi menjadi satuan lebih kecil. Berdasarkan gugus
karbonnya monosakarida dibagi menjadi:
1) Aklosa, yakni monosakarida yang mempunyai
gugus fungsi aldehid
2) Ketosa, yakni monosakarida yang mempunyai
gugus fungsi keton (alkanon)
3) Glukosa, yakni monosakarida yang terdapat pada
buah
4) Fruktosa, yakni monosakarida yang terdapat
pada buah dan madu
5) Galaktosa, yakni yang ditemukan secara alami
b. Disakarida, merupakan senyawa berisi dua atau
lebih gula sederhana yang dihubungkan oleh pembentukan asetal antara gugus
aldehida atau gugus keton dengan gugus hidroksil. Disakarida yang bersifat
penting diantaranya maltosa, sukrosa dan laktosa.
c. Polisakarida, merupakan makromolekul, polimer
dengan beberapa ratus ikatan glikosidok (Campbell, 2002: 27).
Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon,
hidrogen dan oksigen. Jumlah atom hidrogen dan oksigen merupakan perbandingan
2:1 seperti pada molekul air. Sebagai contoh molekul glukosa mempunyai rumus
kimia C6H12O6 sedangkan rumus sukrosa adalah C12H22O11.
Pada glukosa tampak bahwa jumlah atom hidrogen berbanding jumlah atom oksigen
ialah 12:6 atau 2:1, sedangkan pada sukrosa 22:11 atau 2:1. Dengan demikian
dahulu orang berkesimpulan adanya air dalam karbohidrat. Karena inilah maka
dipakai kata karbohidrat yang berasal dari “karbon” yang berarti mengandung
unsur karbon dan “hidrat” yang berarti air (Poedjiadi, 1994: 10).
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan
oleh manusia yang berfungsi untuk menghasilkan energi bagi kehidupan manusia.
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi menjadi dua golongan yakni
karbohidrat sederhana dan kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri atas
monosakarida yang merupakan molekul dasar dari karbohidrat, disakarida dan
oligosakarida yaitu gula rantai pendek yang dibentuk oleh galaktosa dan
fruktosa. Karbohidrat kompleks terdiri dari polisakarida yang terdiri atas
lebih dari dua ikatan monosakarida (Siregar, 2014: 38).
Polisakarida yang berupa amilum merupakan bentuk
simpangan pada sel-sel tumbuhan termasuk buah. Anggota polisakarida lain yaitu
pektin mempunyai peranan dalam proses pelunakan buah yang sudah matang. Adapun
perubahan karbohidrat terjadi selama pemasakan buah. Pada buah muda karbohidrat
masih banyak dalam bentuk pati sehingga rasa buah tidak manis. Selama proses
pematangan buah, melalui reaksi enzimatis pati akan dipecah menjadi gula
sederhana seperti glukosa, fruktosa, dan selulosa sehingga buah menjadi lebih
manis setelah asam organik (pati) diubah menjadi gula yang bisa mencapai
konsentrasi 20% pada buah matang (Fitriningrum, dkk, 2013: 7-8).
Untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada makanan
(pangan), perlu dilakukan uji karbohidrat dengan menggunakan alat berupa
larutan iodium atau glugol. Tetapi uji ini hanya untuk mendeteksi keberadaan
senyawa karbohidrat yang terkandung. Untuk itu, harus dilakukan penelitian
lanjutan yang lebih kompleks di labolatorium (Haryani, 2012: 23).
Beberapa uji yang
dilakukan pada percobaan kali ini diantaranya uji Molish, uji Iodin, uji
Benedict, uji Barfoed, dan uji Seliwanoff terhadap berbagai macam sampel buah.
Uji-uji ini dilakukan untuk mengetahui jenis karbohidrat yang ada pada buah,
karena sejalan dengan proses pematangan buah biasanya kandungan karbohidrat
dalam buah dapat mengalami perubahan komposisi akibat aktivitas enzim. Pada
buah yang masak dan manis akan banyak ditemukan glukosa dan fruktosa, sedangkan
pada buah yang mentah biasanya banyak ditemukan karbohidrat dalam bentuk amilum
dan tidak menutup kemungkinan akan ditemukan bentuk karbohidrat lain.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, percobaan ini
dilakukan dengan tujuan agar dapat melakukan uji keberadaan karbohidrat secara
kualitatif, mengetahui jenis turunan karbohidrat yang terdapat dalam beberapa
sampel buah yakni pada buah apel, pisang, melon, sawo, pepaya, jeruk serta
untuk memperluas pengetahuan mengenai turunan karbohidrat pada bahan pangan
khususnya pada buah yang menjadi sampel.
METODE
Metode
pengamatan yang digunakan ialah merupakan
eksperimen langsung. Yakni melakukan
percobaan langsung dengan melakukan beberapa metode uji kualitatif karbohidrat
pada sampel buah. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang lebih
menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada
melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih
suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu
mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa
sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan
dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam
terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori
substantif dan hipotesis penelitian kualitatif (Sumanto, 1995).
Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa, 25 September
2018 di Labolatorium Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bnadung. Adapun
alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi yang digunakan
untuk mereaksikan larutan, pipet tetes untuk memindahkan larutan dalan volume
yang relatif kecil, mikroskop untuk melihat objek dengan pembesaran tertentu,
rak tabung sebagai tempat penyimpanan tabung reaksi, penjepit tabung untuk
menjepit tabung reaksi saat dipanaskan, gelas kimia untuk mengukur volume
larutan ataupun bahan yang tak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi juga
sebagai wadah untuk menyimpan serta membuat larutan, pembakar spirtus sebagai
bahan pembakaran, objek gelas untuk menempakan objek yang akan dilihat/
dianalisa dengan menggunakan mikroskop dan mortar untuk menghaluskan
bahan-bahan.
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan diantaranya
larutan ekstrak dari berbagai buah (pisang, melon, sawo, pepaya, jeruk dan
apel), reagen Molisch (5% a-naftol di dalam etanol), reagen Benedict, reagen
Barfoed, reagen Seliwanoff, H2So4 pekat yang berfungsi untuk men-dehidrasi
karbohidrat menjadi senyawa furfural, Iodin, asam asetat yang berfungsi untuk
menghidrolisa karbohidrat menjadi monosakarida dan monosakarida terdehidrasi oleh
asam asetat menjadi furfural, fenil hidrasin dan aquades sebagai pelarut saat
melarutkan senyawa.
Prosedur kerja yang dilakukan pada pengamatan identifikasi
karbohidrat terdiri dari lima tahapan besar yaitu:
pertama
yang dilakukan selama pengamatan adalah menyiapkan uji Molisch. Langkah pertama
masukan 2 ml larutan uji ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 tetes reagen
Molisch, kemudian homogenkan. Miringkan tabung reaksi, dan tambahkan H2So4
pekat dengan hati-hati melalui
dinding tabung sampai terbentuk 2 lapisan larutan.
Langkah kedua yang dilakukan adalah menyiapkan uji
Iodin. Pertama masukan 1 ml larutan uji ke dalam tabung reaksi, keudian
tambahkan 2 tetes larutan Iodin dan amati perubahan warna yang terjadi.
Langkah ketiga adalah menyiapkan uji Benedict.
Masukan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 8 tetes
larutan yang diperiksa. Lalu panaskan dengan api langsung atau di dalam air
mendidih selama 2 menit kemudian dinginkan.
Langkah ke empat adalah menyiapkan uji Barfoed. Tambahkan
2 ml reagen Barfoed ke dalam 2 ml larutan yang diperiksa. Panaskan sampai 3
menit di dalam air mendidih. Kemudian dinginkan di bawah air yang mengalir,
amati endapan merah yang terbentuk di dasar tabung.
Langkah kelima adalah siapkan uji Saliwanoff.
Masukan 3 ml reagen Seliwanoff ke dalam 1 ml larutan yang akan di uji. Didihkan
selama 30 detik. Kemudian dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadi.
Langkah selanjutnya yang seharusnya dilakukan adalah uji Osazon. Namun
percobaan dengan uji ini tidak dikasanakan karena tidak tersedianya bahan yang
mendukung sehingga tidak dilaksanakan.
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini
juga mengacu pada metode yang dilakukan oleh Aprilia Kusbandari dalam jurnal
penelitiannya pada tahun 2015. Dimana ia melakukan analisis kandungan sakarida
pada tumbuhan yang nilai karbohidratnya tinggi yakni umbi ganyong dengan
menggunakan uji Benedict, uji Barfoed dan uji Seliwanoff dengan metode yang
sama dan telah dimodifikasi (Kusbandari, 2015: 37).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan uji karbohidrat pada semua sampel buah
yang dilakuakan menghasilkan data yang
beragam. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap semua sampel buah yang diuji
menunjukan adanya turunan karbohidrat. Adapun rincian dari setiap uji dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Hasil Pengamatan
|
No
|
Nama Buah
|
Uji Molisch
|
Uji Iodin
|
Uji Benedict
|
Uji Barfoed
|
Uji Seliwanoff
|
Keterangan
|
|
1
|
Pisang
|
Ada Cincin (+)
|
Cokelat (+)
|
Jingga (+)
|
Terdapat endapan merah (+)
|
(-)
|
Monosakarida (mengandung satu atau beerapa glukosa, galaktosa dan mannose)
|
|
2
|
Melon
|
Ada cincin (+)
|
Cokelat (+)
|
Merah (+)
|
Terdapat endapan merah (+)
|
(-)
|
Monosakarida mengandung satu atau beerapa glukosa, galaktosa dan mannose)
|
|
3
|
Sawo
|
Ada cincin (+)
|
Cokelat
|
Jingga (+)
|
Terdapat endapan merah (+)
|
Merah ceri (+)
|
Fruktosa Confirmed
|
|
4
|
Jeruk
|
Ada cincin sedikit (+)
|
Tidak ada perubahan (-)
|
Merah bata (+)
|
(-)
|
(-)
|
Disakarida (Mannose)
|
|
5
|
Pepaya
|
Ada cincin (+)
|
Tidak ada perubahan (-)
|
Jingga (+)
|
Terdapat endapan merah (+)
|
(-)
|
Monosakarida mengandung satu atau beerapa glukosa, galaktosa dan mannose)
|
|
6
|
Apel
|
Ada cincin (+)
|
Tidak ada perubahan (-)
|
Hijau (+)
|
Terdapat endapan merah (+)
|
(-)
|
Monosakarida mengandung satu atau beerapa glukosa, galaktosa dan mannose)
|
Adapun bukti perubahan warna pada setiap uji
secara lebih rinci diwakilkan pada gambar sampel buah apel sebagai berikut:
|
A |
B
|
C
|
|||
|
D
|
E
|
F
|
Keterangan:
A.
Larutan apel sebelum perlakuan
B.
Uji Molisch pada apel
C.
Uji Iodin pada apel
D.
Uji Benedict pada apel
E.
Uji Barfoed pada apel
F.
Uji Seliwanoff pada apel
Dari hasil
pengamatan uji karbohidrat yang berpacu pada tabel dan hasil gambar sampel buah
diatas dapat diketahui banyak hal diantaranya:
1.
Uji Molisch
Uji molisch merupakan uji kimia yang digunakan
untuk menunjukkan adanya karbohidrat. Pada uji Molisch semua sampel buah yang
diamati dapat membentuk komplek cincin berwarna ungu, ini menunjukan bahwa pada
semua sampel mengandung karbohidrat confirmed. Pada uji Molisch ditambahkan
larutan H2So4 yang tidak bercampur dengan larutan yang ada
dalam tabung, sehingga pada akhir reaksi diperoleh suatu pembentukan cincin
berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan larutan dalam tabung. Menurut
Sumardjo (2006), H2So4 brfungsi untuk menghidrolisis
ikatan pada sakarida untuk menghasilkan fulfural. Furfural ini kemudan bereaksi
dengan reagen Molisch, a-naphtol membentuk cincin yang berwarna cokelat ke
merah-merahan.
Namun pada buah jeruk kopleks cincin yang
terbentuk dalam jumlah yang lebih kecil dari sempel yang lainnya. Banyak hal
yang menimbulkan kejadian seperti ini, seperti apa yang dikatakan oleh Anny
(2005) bahwa jika suatu larutan menghasilkan cincin dengan ukuran yang berbeda
seperti biasanya, maka banyak faktor yang mempengaruhinya, yakni diantaranya:
beda spesies jeruk yang digunakan, perlakuan yang berbeda saat pengamatan
seperti jumlah larutan yang dipakai kuranag atau bahkan mungkin melebihi yang
seharusnya dan jumlah tetesan larutan
Molisch itu sendiri.
2. Uji Iodin
Pada uji iodin terjadi roses penyerapan larutan iodin
oleh karbohidrat karena dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang
membentuk rantai heliks. Dengan adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit
glukosanya, bentuk ini dapat menyebabkan pati membentuk kompleks sehingga
molekul iodium dapat masuk ke dalam spiralnya (Amrida, 2011) dan menyebabkan
kedua larutan dapat bersifat homogen.
Uji Iodin ini bertujuan untuk mengetahui adanya
polisakarida. Polisakarida yang ada dalam sampel akan membentuk komplek
adsorpsi berwarna spesifik dengan penambahan iodium. Polisakarida jenis amilum
akan memberikan warna biru. Desktrin akan memberikan warna merah anggur,
sedangkan glikogen dan pati mengalami hidrolisis parsial akan memberikan warna
merah coklat. Jika tidak terjadi perubahan warna Amrida (2011) mengatakan bahwa
peristiwa tersebut dapat dikatakan masuk ke dalam monosakarida atau disakarida.
Setelah dilakukan percobaan dengan menggunakan larutan
iodin, buah pisang, melon dan sawo mengalami perubahan warna menjadi cokelat
yang membuktikan bahwa sempel buah tersebut merupakan turunan karbohidrat
berupa glikogen. Sedangkan pada buah jeruk, pepaya dan apel tidak mengalami
perubahan warna. Hal ini menunjukan bahwa jeruk, pepaya dan apel merupakan
termasuk pada monosakarida atau disakarida sesuai dengan teori yang dikemukaan
oleh Amrida (2011).
3. Uji Benedict
Pada uji ini
menghasilkan endapan merah bata yang menandakan adanya gula pereduksi pada
sampel. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata
tergantung pada konsentrasi gula reduksinya. semakin berwarna merah bata maka gula
reduksinya semakin banyak (Winarno, 1984).
Dalam hasil percobaan dapat diketahui bahwa sempel buah
pisang, sawo dan pepaya mengalami perubahan warna menjadi jingga. Sedangkan apel
berubah menjadi warna hijau dan Melon dan jeruk berubah menjadi warna merah.
Melihat teori dari Winarto diatas, hal ini dapat disimpulkan bahwa melon dan
jeruk memiliki gula reduksi paling
banyak diantara yang lainnya karena berubah menjadi warna merah. Gula pereduksi
ini juga diartikan sebagai golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi
senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa
(Winarno, 1984).
4. Uji Barfoed
Pada hasil percobaan yang telah dilakukan, semua sempel
buah ketika dilakukan uji Barfoed mengandung monosakarida, glukosa, fruktosa,
mannose atau galaktosa karena semua sampel buah mengalami perubahan kondisi di
dasar tabung yakni terbentuk warna merah, kecuali pada jeruk. jeruk tidak
memberikan warna merah pada dasar tabung dengan kata lain, jeruk pada uji ini
mendapatkan hasil negatif.
Hal ini terjadi karena jeruk termasuk dalam disakarida
sedangkan reagen Barfoed merupakan asam lemah dan hanya direduksi oleh monosakarida.
Ion Cu2+ dari reagen Barfoed dalam keadaan suasana asam akan direduksi lebih
cepat oleh monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan merah bata
(Sumardjo, 2006) sehingga jeruk tidak akan mengalami perubahan warna.
5. Uji Seliwanoff
Uji seliwanoff atau tes seliwanoff digunakan untuk
membedakan gula (karbohidrat) yang diuji masuk kategori ketosa atau aldosa.
Gula aldosa memiliki gugus aldehida, sedangkan ketosa memiliki gugus keton.
Dasar dari uji ini adalah bahwa ketosa lebih cepat terdehidrasi dibandingkan
aldosa saat dipanaskan. HCl dalam reagen seliwanof akan mendehidrasi gula
menjadi furfural yang akan bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa
berwarna merah ceri (Winarno, 1984).
Uji ini didasarkan pada dehidrasi oleh HCL pekat yang menghasilkan
hidroksi metifurfural dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi
membentuk senyawa kompleks berwarna merah jingga atau merah ceri (Sumardjo,
2006).
Pada hasil percobaan dari semua sampel yang diuji dengan
reagen seliwanoff hanya sawo saja yang bernilai positif. Artinya hanya sawo
saja yang merupakan termasuk kedalam fruktosa confirmed (mengandung gula
ketosa), karena mengalami perbentukan warna menjadi warna merah ceri seperti
yang dikatakan oleh Sumardjo (2006). Sedangkan sempel buah yang lain seperti
apel, pepaya, jeruk, melon dan pisang bernilai negatif dengan kata lain
termasuk kepada glukosa, mannose dan galaktose.
KESIMPULAN
Hasil yang telah didapat dari praktikum
mengenai uji dan identifikasi karbohidrat pada bahan pangan tanggal 25
September 2018 yaitu buah jeruk
merupakan karbohidrat jenis disakarida yaitu maltosa berdasarkan tiga uji
(Molisch, Iodine dan Benedict). Adapun buah pisang, melon, pepaya dan apel
memiliki kandungan yang cukup sama yakni merupakan turunan dari karbohidrat
berupa monosakarida dengan kemungkinan mengandung glukosa, galaktosa dan
mannose. Buah selanjutnya yaitu sawo dengan hasil kandungan karbohidrat jenis fruktosa
confirmed berdasarkan uji Seliwanoff.
Saran yang dapat dilakukan kedepannya dengan
tujuan agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi bisa dilakukan uji lanjutan
mengenai ekstrak buah lain dengan menggunakan bahan dan metode yang berbeda
agar dapat menghasilkan data yang lebih bervariatif.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan
terimakasih saya haturkan kepada kedua orang tua saya yang tidak ada hentinya
memberikan dukungan kepada saya baik itu berupa moril maurun materilnya.
Teruntuk teman-teman satu kelompok teh Hana Fauziah, Alif Laela, Hafidzah, Febby
Alfiani (anu geulisna sa-provinsi) dan teh Ambar Rahayu terimakasih atas
kerjasamanya selama kurang lebih satu minggu ini. Terimakasih juga kepada Aulia
Rahmanita yang dengan iklas mengantar membeli kuota demi lancarnya proses
pengerjaan laporan ini. Dan yang terakhir terimakasih kepada seluruh anggota
kelas Pendidikan Biologi VA yang turut serta membantu dalam perlengkapan data.
DAFTAR PUSTAKA
Amrida, 2011. Penetapan
Karbohidrat metode iodin. Jakarta: Erlangga
Campbell,
Reece, dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Fitriningrum.
Rahayu, dkk. 2013. Analisis Kandungan Karbohidrat pada Berbagai Tingkat
Kematangan Buah Karika (Carica pubescens) di Kejajar dan Sembungan Dataran
Tinggi Dieng, Jawa Barat. Jurnal Bioteknologi. Volume 10. Nomor 1.
ISSN: 0216-6887, EISSN: 2301-8658 (diakses pada digilib.unimed.ac.id pada
Senin, 24 September 2018 pukul 20:30 WIB ).
Haryani, Yuli.
2012. Fermentasi Karbohidrat Oleh Isolat Salmonella sp dari Jajanan Pinggir
Jalan. Jurnal Indonesia Chemia Acta. Volume 5. Nomor 1.
Kunchel.
Philip, Gregory. 2006. Biokimia. Jakarta: Erlangga
Kusbandi,
Aprillia. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati
Umbi Ganyong (Canna edulis). Pharmaciana. Volume 5. Nomor 1 (diakses pada
digilib.unimed.ac.id pada Senin, 24 September 2018 pukul 23:26 WIB ).
Poedjiadi.
Anna, Titin. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Pers
Rahayu, Anny.
2005. Analisis Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Pembuatan Kecap Lamtoro
Gung (Leucaena leucocephala) Terfermentasi Aspergillus oryzae. Bioteknologi. Volume
2. Nomor 1. ISSN 0216-6887
Siregar.S.
Nurhamida. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan. Volume 13. Nomor
2 (diakses pada digilib.unimed.ac.id pada Senin, 24 September 2018 pukul 20:23
WIB ).
Sumanto, dkk.
1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta : Andi
Offset
Sumardjo. 2006.
Pengantar Kimia. Jakarta: EGC
Winarno. 1984. Kimia
pangan dan Gizi. Jakarta: Erlangga
Comments
Post a Comment