IDENTIFIKASI TURUNAN KARBOHIDRAT PADA BUAH APEL, PISANG, MELON, SAWO, PEPAYA DAN JERUK


IDENTIFIKASI TURUNAN KARBOHIDRAT
PADA BUAH APEL, PISANG, MELON, SAWO, PEPAYA DAN JERUK
Ciah Nursamsyah- NIM 1162060023
Program Studi Pendidikan Biologi


ABSTRAK
Karbohidrat adalah senyawa organik yang terbentuk dari 3 unsur yaitu Karbon (C), Oksigen (O) dan Hidrogen (H). Unsur-unsur membentuk karbohidrat dengan rumus tertentu tergantung pada jenis karbohidratnya. Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan pangan seperti pada buah-buahan. Percobaan ini dilakukan dengan tujuan agar dapat melakukan uji keberadaan karbohidrat secara kualitatif pada buah, mengetahui jenis turunan karbohidrat yang terdapat dalam beberapa sampel buah yakni pada apel, pisang, melon, sawo, pepaya dan jeruk. Metode yang dilakukan dalam percobaan ini adalah eksperimen langsung yang dilaksanakan pada tanggal 25 September 2018 di LAB UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan metode uji Molish, Iodin, Benedict, Barfoed dan uji Seliwanoff. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa buah jeruk merupakan karbohidrat jenis disakarida yaitu maltosa. Adapun buah pisang, melon, pepaya dan apel memiliki kandungan yang cukup sama yakni turunan dari karbohidrat berupa monosakarida dengan mengandung salah satu atau beberapa glukosa, galaktosa dan mannose. Adapun kandungan karbohidrat pada sawo adalah jenis fruktosa confirmed. Diharapkan dengan adanya percobaan ini dapat memahami jenis kandungan karbohidrat pada sampel buah yang digunakan.

Kata kunci: Barfoed, Benedict, fruktosa confirmed, Iodin, Karbohidrat, Karbohidrat confirmed, Molish, Seliwanoff.

PENDAHULUAN
Istilah karbohidrat pada awalnya digunakan untuk golongan senyawa yang mengandung C, H dan O yang dianalisis mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh n molekular. Senyawa-senyawa ini memiliki sifat sebagai zat pereduksi karena megandung gugus karbonil seperti aldehida atau keton dan memiliki gugus hidroksil dalam jumlah sangat banyak. Saat ini istilah karbohidrat mengacu pada polihidroksil aldehida atau polihidroksil-keton atau senyawa-senyawa yang diturunkan dari gugus ini (Kuchel, 2006: 1).
Berdasarkan hidrolisisnya, karbohidrat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
a.       Monosakarida, merupakan karbohidrat yang tidak dapat terhidrolisis lagi menjadi satuan lebih kecil. Berdasarkan gugus karbonnya monosakarida dibagi menjadi:
1)   Aklosa, yakni monosakarida yang mempunyai gugus fungsi aldehid
2)   Ketosa, yakni monosakarida yang mempunyai gugus fungsi keton (alkanon)
3)   Glukosa, yakni monosakarida yang terdapat pada buah
4)   Fruktosa, yakni monosakarida yang terdapat pada buah dan madu
5)   Galaktosa, yakni yang ditemukan secara alami
b.      Disakarida, merupakan senyawa berisi dua atau lebih gula sederhana yang dihubungkan oleh pembentukan asetal antara gugus aldehida atau gugus keton dengan gugus hidroksil. Disakarida yang bersifat penting diantaranya maltosa, sukrosa dan laktosa.
c.       Polisakarida, merupakan makromolekul, polimer dengan beberapa ratus ikatan glikosidok (Campbell, 2002: 27).
Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen. Jumlah atom hidrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2:1 seperti pada molekul air. Sebagai contoh molekul glukosa mempunyai rumus kimia C6H12O6 sedangkan rumus sukrosa adalah C12H22O11. Pada glukosa tampak bahwa jumlah atom hidrogen berbanding jumlah atom oksigen ialah 12:6 atau 2:1, sedangkan pada sukrosa 22:11 atau 2:1. Dengan demikian dahulu orang berkesimpulan adanya air dalam karbohidrat. Karena inilah maka dipakai kata karbohidrat yang berasal dari “karbon” yang berarti mengandung unsur karbon dan “hidrat” yang berarti air (Poedjiadi, 1994: 10).
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia yang berfungsi untuk menghasilkan energi bagi kehidupan manusia. Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi menjadi dua golongan yakni karbohidrat sederhana dan kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri atas monosakarida yang merupakan molekul dasar dari karbohidrat, disakarida dan oligosakarida yaitu gula rantai pendek yang dibentuk oleh galaktosa dan fruktosa. Karbohidrat kompleks terdiri dari polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan monosakarida (Siregar, 2014: 38).
Polisakarida yang berupa amilum merupakan bentuk simpangan pada sel-sel tumbuhan termasuk buah. Anggota polisakarida lain yaitu pektin mempunyai peranan dalam proses pelunakan buah yang sudah matang. Adapun perubahan karbohidrat terjadi selama pemasakan buah. Pada buah muda karbohidrat masih banyak dalam bentuk pati sehingga rasa buah tidak manis. Selama proses pematangan buah, melalui reaksi enzimatis pati akan dipecah menjadi gula sederhana seperti glukosa, fruktosa, dan selulosa sehingga buah menjadi lebih manis setelah asam organik (pati) diubah menjadi gula yang bisa mencapai konsentrasi 20% pada buah matang (Fitriningrum, dkk, 2013: 7-8).
Untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada makanan (pangan), perlu dilakukan uji karbohidrat dengan menggunakan alat berupa larutan iodium atau glugol. Tetapi uji ini hanya untuk mendeteksi keberadaan senyawa karbohidrat yang terkandung. Untuk itu, harus dilakukan penelitian lanjutan yang lebih kompleks di labolatorium (Haryani, 2012: 23).
Beberapa uji  yang dilakukan pada percobaan kali ini diantaranya uji Molish, uji Iodin, uji Benedict, uji Barfoed, dan uji Seliwanoff terhadap berbagai macam sampel buah. Uji-uji ini dilakukan untuk mengetahui jenis karbohidrat yang ada pada buah, karena sejalan dengan proses pematangan buah biasanya kandungan karbohidrat dalam buah dapat mengalami perubahan komposisi akibat aktivitas enzim. Pada buah yang masak dan manis akan banyak ditemukan glukosa dan fruktosa, sedangkan pada buah yang mentah biasanya banyak ditemukan karbohidrat dalam bentuk amilum dan tidak menutup kemungkinan akan ditemukan bentuk karbohidrat lain.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, percobaan ini dilakukan dengan tujuan agar dapat melakukan uji keberadaan karbohidrat secara kualitatif, mengetahui jenis turunan karbohidrat yang terdapat dalam beberapa sampel buah yakni pada buah apel, pisang, melon, sawo, pepaya, jeruk serta untuk memperluas pengetahuan mengenai turunan karbohidrat pada bahan pangan khususnya pada buah yang menjadi sampel.
           
METODE

Metode pengamatan yang digunakan ialah merupakan eksperimen langsung. Yakni melakukan percobaan langsung dengan melakukan beberapa metode uji kualitatif karbohidrat pada sampel buah. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif (Sumanto, 1995).
Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa, 25 September 2018 di Labolatorium Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bnadung. Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi yang digunakan untuk mereaksikan larutan, pipet tetes untuk memindahkan larutan dalan volume yang relatif kecil, mikroskop untuk melihat objek dengan pembesaran tertentu, rak tabung sebagai tempat penyimpanan tabung reaksi, penjepit tabung untuk menjepit tabung reaksi saat dipanaskan, gelas kimia untuk mengukur volume larutan ataupun bahan yang tak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi juga sebagai wadah untuk menyimpan serta membuat larutan, pembakar spirtus sebagai bahan pembakaran, objek gelas untuk menempakan objek yang akan dilihat/ dianalisa dengan menggunakan mikroskop dan mortar untuk menghaluskan bahan-bahan.
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan diantaranya larutan ekstrak dari berbagai buah (pisang, melon, sawo, pepaya, jeruk dan apel), reagen Molisch (5% a-naftol di dalam etanol), reagen Benedict, reagen Barfoed, reagen Seliwanoff, H2So4  pekat yang berfungsi untuk men-dehidrasi karbohidrat menjadi senyawa furfural, Iodin, asam asetat yang berfungsi untuk menghidrolisa karbohidrat menjadi monosakarida dan monosakarida terdehidrasi oleh asam asetat menjadi furfural, fenil hidrasin dan aquades sebagai pelarut saat melarutkan senyawa.
Prosedur kerja yang dilakukan pada pengamatan identifikasi karbohidrat terdiri dari lima tahapan besar yaitu:
 pertama yang dilakukan selama pengamatan adalah menyiapkan uji Molisch. Langkah pertama masukan 2 ml larutan uji ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 tetes reagen Molisch, kemudian homogenkan. Miringkan tabung reaksi, dan tambahkan H2So4  pekat dengan hati-hati melalui dinding tabung sampai terbentuk 2 lapisan larutan.
Langkah kedua yang dilakukan adalah menyiapkan uji Iodin. Pertama masukan 1 ml larutan uji ke dalam tabung reaksi, keudian tambahkan 2 tetes larutan Iodin dan amati perubahan warna yang terjadi.
Langkah ketiga adalah menyiapkan uji Benedict. Masukan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 8 tetes larutan yang diperiksa. Lalu panaskan dengan api langsung atau di dalam air mendidih selama 2 menit kemudian dinginkan.
Langkah ke empat adalah menyiapkan uji Barfoed. Tambahkan 2 ml reagen Barfoed ke dalam 2 ml larutan yang diperiksa. Panaskan sampai 3 menit di dalam air mendidih. Kemudian dinginkan di bawah air yang mengalir, amati endapan merah yang terbentuk di dasar tabung.
Langkah kelima adalah siapkan uji Saliwanoff. Masukan 3 ml reagen Seliwanoff ke dalam 1 ml larutan yang akan di uji. Didihkan selama 30 detik. Kemudian dinginkan dan amati perubahan warna yang terjadi. Langkah selanjutnya yang seharusnya dilakukan adalah uji Osazon. Namun percobaan dengan uji ini tidak dikasanakan karena tidak tersedianya bahan yang mendukung sehingga tidak dilaksanakan.
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini juga mengacu pada metode yang dilakukan oleh Aprilia Kusbandari dalam jurnal penelitiannya pada tahun 2015. Dimana ia melakukan analisis kandungan sakarida pada tumbuhan yang nilai karbohidratnya tinggi yakni umbi ganyong dengan menggunakan uji Benedict, uji Barfoed dan uji Seliwanoff dengan metode yang sama dan telah dimodifikasi (Kusbandari, 2015: 37).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan uji karbohidrat pada semua sampel buah yang dilakuakan  menghasilkan data yang beragam. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap semua sampel buah yang diuji menunjukan adanya turunan karbohidrat. Adapun rincian dari setiap uji dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Hasil Pengamatan
No
Nama Buah
Uji Molisch
Uji Iodin
Uji Benedict
Uji Barfoed
Uji Seliwanoff
Keterangan
1
Pisang
Ada Cincin (+)
Cokelat (+)
Jingga (+)
Terdapat endapan merah (+)
(-)
Monosakarida (mengandung satu atau beerapa  glukosa, galaktosa dan mannose)
2
Melon
Ada cincin (+)
Cokelat (+)
Merah (+)
Terdapat endapan merah (+)
(-)
Monosakarida  mengandung satu atau beerapa  glukosa, galaktosa dan mannose)
3
Sawo
Ada cincin (+)
Cokelat
Jingga (+)
Terdapat endapan merah (+)
Merah ceri (+)
Fruktosa Confirmed
4
Jeruk
Ada cincin sedikit (+)
Tidak ada perubahan (-)
Merah bata (+)
(-)
(-)
Disakarida (Mannose)
5
Pepaya
Ada cincin (+)
Tidak ada perubahan (-)
Jingga (+)
Terdapat endapan merah (+)
(-)
Monosakarida  mengandung satu atau beerapa  glukosa, galaktosa dan mannose)
6
Apel
Ada cincin (+)
Tidak ada perubahan (-)
Hijau (+)
Terdapat endapan merah (+)
(-)
Monosakarida  mengandung satu atau beerapa  glukosa, galaktosa dan mannose)



Adapun bukti perubahan warna pada setiap uji secara lebih rinci diwakilkan pada gambar sampel buah apel sebagai berikut:

A













B
C
                    D
 








E













F







Keterangan:
A.      Larutan apel sebelum perlakuan
B.       Uji Molisch pada apel
C.       Uji Iodin pada apel
D.      Uji Benedict pada apel
E.       Uji Barfoed pada apel
F.        Uji Seliwanoff pada apel











Dari hasil pengamatan uji karbohidrat yang berpacu pada tabel dan hasil gambar sampel buah diatas dapat diketahui banyak hal diantaranya:
1.    Uji Molisch
Uji molisch merupakan uji kimia yang digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat. Pada uji Molisch semua sampel buah yang diamati dapat membentuk komplek cincin berwarna ungu, ini menunjukan bahwa pada semua sampel mengandung karbohidrat confirmed. Pada uji Molisch ditambahkan larutan H2So4 yang  tidak bercampur dengan larutan yang ada dalam tabung, sehingga pada akhir reaksi diperoleh suatu pembentukan cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan larutan dalam tabung. Menurut Sumardjo (2006), H2So4 brfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan fulfural. Furfural ini kemudan bereaksi dengan reagen Molisch, a-naphtol membentuk cincin yang berwarna cokelat ke merah-merahan.
Namun pada buah jeruk kopleks cincin yang terbentuk dalam jumlah yang lebih kecil dari sempel yang lainnya. Banyak hal yang menimbulkan kejadian seperti ini, seperti apa yang dikatakan oleh Anny (2005) bahwa jika suatu larutan menghasilkan cincin dengan ukuran yang berbeda seperti biasanya, maka banyak faktor yang mempengaruhinya, yakni diantaranya: beda spesies jeruk yang digunakan, perlakuan yang berbeda saat pengamatan seperti jumlah larutan yang dipakai kuranag atau bahkan mungkin melebihi yang seharusnya dan jumlah tetesan  larutan Molisch itu sendiri.

2.      Uji Iodin
Pada uji iodin terjadi roses penyerapan larutan iodin oleh karbohidrat karena dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks. Dengan adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya, bentuk ini dapat menyebabkan pati membentuk kompleks sehingga molekul iodium dapat masuk ke dalam spiralnya (Amrida, 2011) dan menyebabkan kedua larutan dapat bersifat homogen.
Uji Iodin ini bertujuan untuk mengetahui adanya polisakarida. Polisakarida yang ada dalam sampel akan membentuk komplek adsorpsi berwarna spesifik dengan penambahan iodium. Polisakarida jenis amilum akan memberikan warna biru. Desktrin akan memberikan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan pati mengalami hidrolisis parsial akan memberikan warna merah coklat. Jika tidak terjadi perubahan warna Amrida (2011) mengatakan bahwa peristiwa tersebut dapat dikatakan masuk ke dalam monosakarida atau disakarida.
Setelah dilakukan percobaan dengan menggunakan larutan iodin, buah pisang, melon dan sawo mengalami perubahan warna menjadi cokelat yang membuktikan bahwa sempel buah tersebut merupakan turunan karbohidrat berupa glikogen. Sedangkan pada buah jeruk, pepaya dan apel tidak mengalami perubahan warna. Hal ini menunjukan bahwa jeruk, pepaya dan apel merupakan termasuk pada monosakarida atau disakarida sesuai dengan teori yang dikemukaan oleh Amrida (2011).
3.      Uji Benedict
Pada uji ini menghasilkan endapan merah bata yang menandakan adanya gula pereduksi pada sampel. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata tergantung pada konsentrasi gula reduksinya. semakin berwarna merah bata maka gula reduksinya semakin banyak (Winarno, 1984).
Dalam hasil percobaan dapat diketahui bahwa sempel buah pisang, sawo dan pepaya mengalami perubahan warna menjadi jingga. Sedangkan apel berubah menjadi warna hijau dan Melon dan jeruk berubah menjadi warna merah. Melihat teori dari Winarto diatas, hal ini dapat disimpulkan bahwa melon dan jeruk  memiliki gula reduksi paling banyak diantara yang lainnya karena berubah menjadi warna merah. Gula pereduksi ini juga diartikan sebagai golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa (Winarno, 1984).
4.    Uji Barfoed
Pada hasil percobaan yang telah dilakukan, semua sempel buah ketika dilakukan uji Barfoed mengandung monosakarida, glukosa, fruktosa, mannose atau galaktosa karena semua sampel buah mengalami perubahan kondisi di dasar tabung yakni terbentuk warna merah, kecuali pada jeruk. jeruk tidak memberikan warna merah pada dasar tabung dengan kata lain, jeruk pada uji ini mendapatkan hasil negatif.
Hal ini terjadi karena jeruk termasuk dalam disakarida sedangkan reagen Barfoed merupakan asam lemah dan hanya direduksi oleh monosakarida. Ion Cu2+ dari reagen Barfoed dalam keadaan suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan merah bata (Sumardjo, 2006) sehingga jeruk tidak akan mengalami perubahan warna.
5.    Uji Seliwanoff
Uji seliwanoff atau tes seliwanoff digunakan untuk membedakan gula (karbohidrat) yang diuji masuk kategori ketosa atau aldosa. Gula aldosa memiliki gugus aldehida, sedangkan ketosa memiliki gugus keton. Dasar dari uji ini adalah bahwa ketosa lebih cepat terdehidrasi dibandingkan aldosa saat dipanaskan. HCl dalam reagen seliwanof akan mendehidrasi gula menjadi furfural yang akan bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna merah ceri (Winarno, 1984).
Uji ini didasarkan pada dehidrasi oleh HCL pekat yang menghasilkan hidroksi metifurfural dengan penambahan resorsinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah jingga atau merah ceri (Sumardjo, 2006).
Pada hasil percobaan dari semua sampel yang diuji dengan reagen seliwanoff hanya sawo saja yang bernilai positif. Artinya hanya sawo saja yang merupakan termasuk kedalam fruktosa confirmed (mengandung gula ketosa), karena mengalami perbentukan warna menjadi warna merah ceri seperti yang dikatakan oleh Sumardjo (2006). Sedangkan sempel buah yang lain seperti apel, pepaya, jeruk, melon dan pisang bernilai negatif dengan kata lain termasuk kepada glukosa, mannose dan galaktose.

KESIMPULAN
Hasil yang telah didapat dari praktikum mengenai uji dan identifikasi karbohidrat pada bahan pangan tanggal 25 September 2018 yaitu  buah jeruk merupakan karbohidrat jenis disakarida yaitu maltosa berdasarkan tiga uji (Molisch, Iodine dan Benedict). Adapun buah pisang, melon, pepaya dan apel memiliki kandungan yang cukup sama yakni merupakan turunan dari karbohidrat berupa monosakarida dengan kemungkinan mengandung glukosa, galaktosa dan mannose. Buah selanjutnya yaitu sawo dengan hasil kandungan karbohidrat jenis fruktosa confirmed berdasarkan uji Seliwanoff.
Saran yang dapat dilakukan kedepannya dengan tujuan agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi bisa dilakukan uji lanjutan mengenai ekstrak buah lain dengan menggunakan bahan dan metode yang berbeda agar dapat menghasilkan data yang lebih bervariatif.

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih saya haturkan kepada kedua orang tua saya yang tidak ada hentinya memberikan dukungan kepada saya baik itu berupa moril maurun materilnya. Teruntuk teman-teman satu kelompok teh Hana Fauziah, Alif Laela, Hafidzah, Febby Alfiani (anu geulisna sa-provinsi) dan teh Ambar Rahayu terimakasih atas kerjasamanya selama kurang lebih satu minggu ini. Terimakasih juga kepada Aulia Rahmanita yang dengan iklas mengantar membeli kuota demi lancarnya proses pengerjaan laporan ini. Dan yang terakhir terimakasih kepada seluruh anggota kelas Pendidikan Biologi VA yang turut serta membantu dalam perlengkapan data.


DAFTAR PUSTAKA

Amrida, 2011. Penetapan Karbohidrat metode iodin. Jakarta: Erlangga
Campbell, Reece, dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Fitriningrum. Rahayu, dkk. 2013. Analisis Kandungan Karbohidrat pada Berbagai Tingkat Kematangan Buah Karika (Carica pubescens) di Kejajar dan Sembungan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Barat. Jurnal Bioteknologi. Volume 10. Nomor 1. ISSN: 0216-6887, EISSN: 2301-8658 (diakses pada digilib.unimed.ac.id pada Senin, 24 September 2018 pukul 20:30 WIB ).
Haryani, Yuli. 2012. Fermentasi Karbohidrat Oleh Isolat Salmonella sp dari Jajanan Pinggir Jalan. Jurnal Indonesia Chemia Acta. Volume 5. Nomor 1.
Kunchel. Philip, Gregory. 2006. Biokimia. Jakarta: Erlangga
Kusbandi, Aprillia. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis). Pharmaciana. Volume 5. Nomor 1 (diakses pada digilib.unimed.ac.id pada Senin, 24 September 2018 pukul 23:26 WIB ).
Poedjiadi. Anna, Titin. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Pers
Rahayu, Anny. 2005. Analisis Karbohidrat, Protein, dan Lemak pada Pembuatan Kecap Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) Terfermentasi Aspergillus oryzae. Bioteknologi. Volume 2. Nomor 1. ISSN 0216-6887
Siregar.S. Nurhamida. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan. Volume 13. Nomor 2 (diakses pada digilib.unimed.ac.id pada Senin, 24 September 2018 pukul 20:23 WIB ).
Sumanto, dkk. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta : Andi Offset
Sumardjo. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC
Winarno. 1984. Kimia pangan dan Gizi. Jakarta: Erlangga


Comments

Popular posts from this blog